Headlines News :
Home » , » Sejarah Berdiri Pesantren

Sejarah Berdiri Pesantren

Written By Inyiak Kumango on Kamis, 02 April 2015 | 04.12

Nagari Lasi terletak di sebelah utara lereng gunung Merapi, Kecamatan canduang, Kabupaten agam, dan membawahi tiga jorong, yaitu jorong Lasi Tuo, jorong Lasi Mudo dan jorong Pasanehan, yang mana pada era 90an ketiga jorong tersebut di pimpin oleh seorang Kepala Desa. Jorong Lasi Tuo waktu itu masih menganut system pemerintahan Desa dan merupakan sebuah desa dengan presentase kemiskinan yang tinggi, disamping tingkat pendidikan dan taraf kesejahteraan penduduk yang masih sangat rendah. Hal ini diperparah oleh rendahnya animo sebagian besar masyarakat terhadap pendidikan, disamping kesulitan ekonomi sebagian besar masyarakatnya yang tidak mampu menyandang biaya pendidikan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga secara kultural, masyarakat Lasi tuo bukanlah tipikal masyarakat berbudaya pendidikan dan berfikiran maju, hanya sebagian kecil masyarakat yang memiliki taraf kesejahteraan memadai yang mampu untuk melanjutkan pendidikan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi.

Kebanyakan dari putra-putri Masyarakat Lasi Tuo hanya mampu menamatkan pendidikan dasar. Minimnya taraf pendidikan di Lasi Tuo beserta seluruh sarana pendukungnya, menyebabkan mandegnya perkembangan sebuah generasi. Hal ini sangat disadari betul oleh beberapa orang tokoh masyarakat di Lasi Tuo sebagai sebuah masalah besar yang berpotensi memicu beberapa hal di masa depan, seperti dekadensi moral dan spiritual. Pendidikan di masa itu belum cukup mampu menjadi spirit bagi mayoritas masyarakat untuk merubah generasi selanjutnya ke arah yang lebih baik.

Berawal dari usulan salah seorang tokoh masyarakat Lasi Tuo Bapak Malin Daro kepada Buya H. Zamzami Yunus, seorang Ulama kondang yang juga salah seorang tokoh pendidikan dan pernah mengajar di beberapa pondok pesantren di sumbar, Usulan tersebut berupa kesediaan Bapak Malin Daro tersebut mawakafkan tanahnya yang terletak di jantung Dusun Lasi Tuo, untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan agama bagi masyarakat Lasi. Kegelisahan itu pun bersambut. Buya H. Zamzami Yunus yang telah cukup lama memendam ide dan cita-cita untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan di kampung halamannya akhirnya menemukan kesempatan itu.

Pada hari Kamis, bulan Zulhijah 1992, Buya H. Zamzami Yunus membawa usulan tersebut kepada beberapa orang tokoh masyarakat Lasi tuo, diantaranya: Ibnu Hajar rajo Mangkuto, Amsuar Sutan Mangkuto, Muslim Bandaro Basa dan Absar Khatib Bagindo. Dari pertemuan tersebut dicapailah sebuah persetujuan dan kesepakatan untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan agama di Lasi Tuo. Setelah kesepakatan itu lahir, maka beberapa orang tokoh ini mulai melakukan penjajakan terhadap beberapa bidang tanah masyarakat di sekitar tanah yang akan diwakafkan bapak Malin Daro tersebut. Pemilik tanah itu adalah Mansur Sutan Menan, Dt. Rajo Agam, dan H. Muhammmad jamil. Akhirnya beberapa orang pemilik tanah terketuk hatinya untuk mewujdkan cita-cita mulia ini. Pada Bulan yang sama, beberapa pemilik tanah mewakafkan tanah mereka dan membubuhkan pernyataan wakaf tersebut di atas materai.

Pada Bulan yang sama, Buya H. Zamzami Yunus menemui Kepala Desa Lasi Tuo, pada waktu itu dijabat oleh Bapak Hamdani Sutan Sipado, untuk membicarakan rencana tersebut. Kepala Desa mendukung rencana tersebut dan menyarankan agar Buya H. Zamzami dan kawan-kawan mengundang seluruh masyarakat Lasi Tuo untuk memusyawarahkan usulan tersebut. Pertemuan itu berlangsung pada hari Selasa, Zulhidjah 1992 bertempat di mesjid Nurul Ukhwah Lasi Tuo. Maka berdasarkan hasil Musyawarah, dibentuklah sebuah yayasan pendidikan yang diberi nama Yayasan Ashhabul Yamin yang diketuai oleh Bapak Suardi Mahmud Bandaro Putiah yang terpilih secara aklamasi pada rapat tersebut. Keesokan harinya (Rabu, Zulhidjah 1992) Yayasan tersebut didaftarkan di kantor Notaris, Atrino Leswara SH, dengan dikeluarkannya Akta yayasan dengan nomor: …………………………

Tidak beberapa lama, Ketua yayasan memberikan SK kepada Buya H. Zamzami Yunus untuk memimipin lembaga pendidikan yang diberi nama Pondok pesantren Ashhabul Yamin dan diurus pula oleh yayasan, izin pemakaian gedung Rumah Dinas guru yang terletak di medan Lasi Tuo yang berbatasan dengan tanah yang diwakafkan masyarakat, kepada instansi terkait.

Penerimaan perdana Santri baru dilaksanakan pada tanggal 02 Agustus 1992. Sebanyak 19 murid baru mulai melaksanakan proses belajar mengajar di bulan Agustus tersebut setelah sebelumnya Buya H. Zamzami Yunus merekrut beberapa orang tenaga pengajar. Diantaranya Buya H. Zamzami Yunus sendiri, Ust. Marzuk Malin Kayo, Ust. Syafrizal Khatib Mangkuto, Ust. Ahmad Dardir Pakiah Bandaro dan seorang tenaga tata usaha asal Palembayan, Ernawati (Almh.)

Sisitim pendidikan yang dianut waktu itu adalah sisitim pendidikan salafiah atau Halaqah yang mana kurikulum yang dipakai hanya terbatas pada kurikulum Pondok, dengan hanya memepelajjari dan mendalami ilmu-ilmu agama seperti Nahu, Sharaf, Fiqh, Tafsir, Hadits, Tauhid, Tashauf dan lain-lain. Dengan memenfaatkan Gedung Rumah Dinas guru yang sudah tidak terpakai, yang terdiri dari 3 ruangan kecil dengan penyekat semi permanen, proses belajar mengajar tersebut akhirnya terlaksana sebagai cikal bakal berdiri dan berkembangnya Pondok Pesantren Ashhabul Yamin sekarang.

Perkembangan proses belajar mengajar dengan segala dinamikanya di tahun-tahun pertama berdirinya Ponpes Ashhabul Yamin, berlangsung dengan sangat memprihatinkan. Para santri belajar dalam ruangan sederhana dengan alat peraga seadanya. Uang SPP yang dipungut dari santri hanya sanggup untuk memebeli kapur dan kelengkapan administrasi Pondok. Para tenaga pengajar digaji secara swadaya oleh masyarakat dengan pendapatan yang jauh dari memadai. Apabila masyarakat mempunyai kelebihan harta berupa infaq, Zakat ataupun Shadaqah, masyarakat menyalurkannya kepada pihak pengelola Pondok Pesantren. Infaq, zakat dan shadaqah masyarakat inilah yang dipakai oleh Pimpinan Pondok Pesantren sebagai insentif bagi majlis guru pada tahun-tahun sulit tersebut.

Dari pendapatan yang tidak seberapa dan tidak tetap serta fasilitas pendudukung pendidikan yang seadanya, Pondok Pesantren Ashhabul Yamin menggeliat bangkit dan mulai menengembangkan sayapnya untuk sebuah tujuan mulia, yakni menciptakan para Waratsatul Anbiya sebagai obor penerang di tengah gulita kehidupan masyarakat.(Zulfa Hendi)
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Advertise

 
Support : Creating Website | Zulfa Hendi Urang Lasi
Proudly powered by Inyiak Kumango
Copyright © 2011. Pondok Pesantren Ashhabul Yamin - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Inyiak Kumango